Hermes Patung marmer Hermes, buatan Romawi pada abad ke-2 SM, kini disimpan di Museum Vatikan. Hermes ( bahasa Yunani: Ἑρμῆς) adalah dewa pembawa pesan dalam mitologi Yunani. Hermes dilahirkan di Gunung Kellina di Arkadia. Hermes adalah anak dari Zeus dan Maia dan merupakan salah satu dewa Olimpus. Hermes adalah pelindung daerah
Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu itam. Di dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia biasa. Kisah ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita ini. Dalam beberapa waktu yang lalu, Pengurus pernah melakukan pemostingan tentang Kisah Ini, Sobat dapat melihat kembali disini Legenda Muasal Kota Naga Tapaktuan, Namun, karena isi artikel tsb kurang otentik dengan sebagaimana legenda yang telah di kisahkan. Saya berniat melakukan pengeposan ulang dengan sedikit melengkapi dari berbagai referensi dari buku dan artikel yang saya dapatkan dalam pertualangan saya di internet mengenai legenda ini. Komentar-komentar sobat ACW di facebook saya tayangkan kembali di bawah dalam Artikel “Legenda Muasal Kota Tapaktuan” agar sobat dapat mengkritisi Artikel ini bila ada kesalahan penulis dalam menulis artikel ini. Sebenarnya, Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat pembaca. ****** Alkisah, seperti hari-hari sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang bergulung-gulung. Setelah kedua naga berenang beberapa saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke muara sungai. Kedua naga itu berenang semakin cepat. Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan tapaktuan. Suatu ketika sepasang naga sedang berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Dari tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas. Sepasang Naga itu pun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, diombang-ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan air. Pasangan Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Demikianlah, waktu terus berganti. Dari hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Putri kecil tersebut diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. Putri inilah yang kemudian disebut sebagai Putri Naga. Pada suatu hari, kedua naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan daerah Teluk yang indah mempesona. Sang Putri dinaikkan ke punggung Naga Jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai Teluk. Naga Betina berenang mengiringi dari belakang. Sang Naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga dan tenggelam. Diam-diam sang Putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai Teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang Putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga itu. Waktu terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga tersebut. Waktu yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga Jantan. Perahu layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung itu. Siang-malam Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlang pun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Perahu itulah yang membawa putri bungsu pergi, Putri bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan itu. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat saktinya. Hal itu menyebabkan terjadinya pertarungan sengit antara kedua naga dengan Tuan Tapa. Mereka bertarung untuk memperebutkan bayi yang kini telah menjadi seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Bungsu. Ketika Naga Jantan melancarkan serangan berikutnya, Tuan Tapa menyambut dengan libasan tongkatnya. Tubuh naga pun terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah dari tubuh naga jantan yang hancur itu tumpah kemana-mana dan memerahkan tanah, bebatuan dan lautan. Naga Betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Malah hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negeri Cina. Dalam pelariannya itulah Naga Betina membelah sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang pulau itu bernama Pulau Dua. Bahkan hewan itu mengamuk sambil memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah. Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil. Akhirnya Tuan Tapa berhasil mengalahkan kedua naga tersebut. Sang Putri pun dapat kembali bersama orang tuanya, tetapi keluarga itu tidak kembali ke Kerajaan Asralanoka. Mereka memilih menetap di Aceh. Keberadaan mereka di Tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tapaktuan. Setelah kejadian itu, Tuan Tapa sakit. Seminggu kemudian Tuan Tapa meninggal dunia pada Bulan Ramadhan Tahun 4 Hijriyah . Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu, tepatnya di depan Mesjid Tuo Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan, dan hingga sekarang makam manusia keramat itu masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Hingga sekarang bekas tubuh naga yang berupa gumpalan darah itu masih dapat kita lihat di pantai berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah. Batu Merah, sekitar tiga kilometer dari kota Tapaktuan. Kini gumpalan darah dan hati tersebut telah mengeras menjadi batu. Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang sama. Pada waktu Tuan Tapa hendak membunuh sang naga, terjadi kejar-kejaran antara Tuanku Tapa dan sang naga. Maka pada suatu ketika, berbekaslah tapak kaki Tuan Tapa ini. Sekarang yang masih terlihat hanya sepasang telapak kaki sangat berjauhan, di batasi oleh gunung tempat naga tinggal sebelumnya. Jejak tapak kaki tersebut, seperti jejak seseorang yang melangkahi gunung, karena tak dapat ditemukan jejak yang sama di antara kedua jejak tersebut. Ukuran jejak kaki tersebut adalah 3 x 1,5 meter. Jejak kaki yang sebelah kanan, berada di pinggir laut diatas sebuah batu. Sedangkan jejak kaki sebelah kiri berada di dalam kota di atas tanah. Antara jejak satu dan yang satunya lagi lebih kurang berjarak 500 meter. Diberilah nama daerah yang terdapat jejak “Tapak Tuan Tapa” itu dengan nama kota “Tapak Tuan”, atau juga sering disebut “Kota Naga Tapak Tuan”. Di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa. Lalu, bagaimana nasib sang Putri? Beberapa tokoh masyarakat di daerah itu menceritakan, dalam legenda tersebut dikisahkan sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai ‘Putri Naga’. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan. Demikianlah kisah Cerita Legenda Tapaktuan ini saya sampaikan apa adanya, dan mari kita ingat bahwa segala sesuatu yang sifatnya legenda adalah dongeng belaka tapi bila kita baca semua alur cerita legenda ini dalam Buku Legenda Tapaktuan yang ditulis oleh Darul Qutni Ch ini banyak mengandung pendidikan dan budi pekerti yang tidak menyimpang dari aqidah agama Islam yang mulia dan tercinta itu, serta tidak akan membuat pembaca menjadi syirik dan sesat. Jika kita pergi ke Tapak Tuan Aceh Selatan, tapi belum mengunjungi area tapak kaki tersebut, maka seolah-olah kita belum sampai ke Tapak Tuan. Dan di dukung dengan panorama alam yang sangat luar biasa, Tahukan anda, bahwa Tapak Tuan merupakan salah satu Kota terindah di Sumatera. Jadi, bagi yang penasaran, Silakan langkahkan kaki anda ke sana …!! * Pemandangan Panorama Alam Si Kota Naga Tapak Tuan * Surfing Tapak Tuan Garis pantai Tapaktuan The Beach of TapakTuan Tapaktuan, Most beautiful Place of Sumatera Best Ever place in Tapak Tuan Kampung Batu Hitam Tapak Tuan with Sunset The Dragon City Makam Tuan Tapa TapakTuan of the Village Dari berbagai Sumber Lisan dan Tulisan SekarangNaga Betina pula menyerang Tuan Tapa, tapi serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga Cerita rakyat Aceh legenda tempat wisata Tapak Tuan dengan kopiah dan tongkat Tuan Tapa di Aceh sangat terkenal dengan sebuah Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga. Cerita tersebut sangat hidup didalam masyarakat disana yang sangat mudah untuk dapat kita dengar dari A sampai Z. Adapun Legenda tersebut dibarengi dengan ornamen ornamen yang memiliki bentuk dan rupa seperti yang tersebut di dalam cerita tersebut. Ada baiknya saya ceritakan sedikit tentang Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga itu.” Alkisah, dizaman dahulu kala, ribuan tahun lalu, di Aceh Selatan hidup dua ekor naga yang sangat perkasa dan memiliki ilmu sakti mandraguna. Sepasang naga ini, memiliki anak yang bernama Putri Naga. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, katanya didapat dari perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orangtua sang ceritanya, suatu ketika – tidak ada masyarakat yang mengetahui tahun pasti, sepasang naga tengah berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah tiga sosok manusia, berada lam perahu kecil yang diombang-ambingkan gelombang laut Aceh Selatan. Ketiga manusia itu adalah sepasang suami-istri bersama bayinya. Bayi mungil ini berada dalam pangkuan ibunya. Mereka sengaja datang ke daerah itu bermaksud mencari rempah-rempah yang keberadaannya sudah cukup dikenal. Aceh Selatan sejak zaman Belanda menjajah daerah itu memang dikenal kaya akan hasil alam. Nilam, Cengkeh dan Pala merupakan tumbuhan yang dominan disana. Bahkan tumbuhan itu hingga kini menjadi komuditi unggulan daerah melihat ketiga anak manusia itu, Sepasang Naga sakti yang bisa melakukan terhentak. Lalu, dia meniup perahu yang sudah sangat dekat itu. Sekali tiup saja, perahu kecil itu terombang-ambing dan tenggelam ditelan ombak deras. Kemudian Naga Betina, menjulurkan lidahnya menangkap putri kecil yang terhempas dari perahu Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. ”Setelah selamat dan menepi kedarat orangtua si Putri begitu sedih kehilangan buah hatinya dan tidak tahu ke mana putrinya menghilang. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangannya sudah hilang tenggelam dalam lautan dan badai atau hilang entah ke mana. Akhirnya sepasang naga membawa putri mungil hasil rampasan mereka ke sebuah pulau, pulau ini terletak di Batu Hitam, Kecamatan Tapaktuan Aceh Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Sang Putri kecil, setelah sadar dari pingsannya, menangis sejadi-jadinya begitu melihat sosok Naga aneh dan menyeramkan. Si Putri kecil Ia takut. Diapun terus menangis sekuat-kuatnya. Naga betina pusing memikirkan tangisan putri itu. Terpaksa dia menggunakan kesaktiannya untuk menenangkan si Putri agar tak mengeluarkan air mata ini diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. ”Putri inilah yang kemudian disebut Putri Naga,”.Waktu terus bergulir. Putri Bungsu merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlangpun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan apa hubungan Putri Bungsu, Naga dan Tuan Tapa? sabar…. saya akan lanjutkan ya.. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat Naga yang sedang mengejar perahu. Perkelahian hebatpun tak dapat dihindarkan. Dari mulut kedua Naga menyemburkan api. Tuan Tapa menghela tongkatnya hingga mengeluarkan air deras dan memadamkan api Naga. Tak mau kalah, sang Naga jantan pun mengeluarkan ribuan anak panah berapi yang diarahkan ke Tuan Tapa. Tuan Tapa bisa menghindari serangan itu. Tak ketinggalan, Naga betina juga mengeluarkan pisau-pisau beracun yang juga berhasil dielakkan Tuan terus-menerus mengeluarkan kekuatannya, kesaktian kedua Naga mulai berkurang. Kesempatan itu dimanfaatkan Tuan Tapa untuk menyerang lebih dahsyat. Dengan tongkat sakti miliknya, Tuan Tapa mengayunkan benda panjang itu ke arah dua betina, mencoba menghindar dengan cara melarikan diri menjauhi Tuan Tapa. Saat lari kencang tak tahu arah itulah sang Naga betina menabrak sebuah pulau hingga terbelah pulau. Pulau terbelah ini kemudian oleh masyarakat Aceh Selatan disebut sebagai Pulau Dua, di Kecamatan Tapaktuan Aceh SelatanSementara Tuan Tapa mengejar sang Naga jantan yang sudah terluka akibat serangan tongkat sakti’. Tuan Tapa memukul tongkat saktinya bertubi-tubi ke tubuh Naga jantan hingga hancur berkeping-keping dan jatuh terjerembab ke tanah. Tubuh Naga jantan hancur berserakan dan darah berceceran yang menyebar memerahkan tanah, bebatuan dan ini bekas tempat ceceran darah Naga itu kini masih terlihat berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah Batu Mirah . Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan nasib sang Putri? Sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’.”Dan Lagenda ini telah diperkuat dengan subuah bukti yang telah ditinggalkan oleh Si Tuan Tapa berupa Tongkat dan Topinya yang berapa di tengah laut Tapaktuan dan hanya bisa di lihat dari sebuah gunung yang bernama Gunung Lampu menjelang senja hari saja. Kemudian sebuah Tapak kaki dan makam Tuan Tapa yang ukurannya wowww,,, that is so big,,, .Begitulah sedikit cerita tentang Legenda Kota Tapaktuan. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan
Jumat 5 Agustus 2022 22:11 WIB. Sebuah video berjudul "Bekas Telapak Kaki Nabi Adam Ada di Aceh", beredar di Facebook pada 3 Agustus 2022. Video itu menampakkan jejak kaki raksasa di atas bebatuan di area lepas pantai. Video berdurasi 5:23 menit itu menjadi viral karena ditonton sebanyak 82 ribu dan disukai 3,6 ribu serta 106 komentar.
Alkisah, di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hidup sepasang naga. Sepasang naga ini, memiliki anak perempuan yang di sebut Putri Bungsu. Putri ini cantik jelita. Putri nan rupawan ini, menurut cerita, di dapat dari laut lepas di saat selesai badai dahsyat yang menenggelamkan sebuah kapal dari daratan China. Konon, pada saat itu, sepasang naga tersebut sedang menyusuri lautan yang bergelombang. Mereka mendengar suara tangis bayi. Si Naga jantan tiba - tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat - lamat, titik hitam itu kian mendekat ke arah sang naga di sebabkan oleh arus gelombang laut. Pasangan naga terus memperhatikan titik hitam itu. Suara tangis itu semakin lama semakin keras & jelas. Sepasang naga itupun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Ketika titik hitam itu semakin mendekat, sang naga melihat adanya kayu pecahan dari sebuah kapal & di antara kayu tersebut terdapat seorang bayi mungil tersangkut di atas kayu yang mengapung. Sang Naga terkejut bukan kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, di ombang - ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan mungil ini terapung di permainkan ombak hingga akhirnya sepasang naga itu menolong & mengasuhnya di sarang mereka. Karena sepasang naga tersebut tidak mempunyai keturunan, lalu bayi mungil itu mereka jadikan sebagai anak pungut & di beri nama Putri Bungsu / lebih di kenal dengan nama Putri naga itu sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Dengan suka cita, sepasang naga tersebut mengasuh & merawat si putri. Sementara itu, setelah selamat & menepi ke darat, orangtua kandung si putri begitu sedih kehilangan buah hatinya setelah perahu mereka kandas di hempas badai dahsyat. Mereka berpikir bahwa anak perempuan kesayangan mereka sudah hilang tenggelam dalam laut, sehingga dengan perasaan pilu merekapun kembali ke negeri asal dengan menumpang kapal dagang - 2 naga itu sangat menyayangi putri pungut mereka. Bahkan, naga betina selalu memeluk putri kecil itu dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Layaknya anak - anak, Putri Bungsu setelah sadar dari pingsannya, ketakutan & menangis sejadi - jadinya begitu melihat sosok naga yang menyeramkan. Walaupun sedih, sepasang naga tersebut berupaya agar Putri Bungsu tidak merasa sangat memanjakan sang putri. Saking sayangnya pada Putri Bungsu, naga jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah & minuman tersedia di sana. Mulai dari tempat pemandian si putri hingga tempat – tempat lainnya di penuhi agar Putri Bungsu suka & tidak pergi dari mereka. Semua itu di lakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Pada suatu hari, ke - 2 naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan - jalan menikmati pemandangan daerah teluk yang indah putri di naikkan ke punggung naga jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai teluk. Naga betina berenang mengiringi dari belakang. Sang naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga & - diam sang putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga di sebuah gua yang dalam. Ke - 2 ekor naga tersebut sangat memuji akan kecantikan Putri Bungsu. Ke - 2 pipinya berlesung pipit. Rambutnya panjang hitam legam & sedikit ikal. Kulitnya kuning langsat, mulus & licin tanpa tandingan. Matanya sedikit sipit serta pembawaannya yang anggun membuat sepasang naga makin sayang kepada Putri Bungsu. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orangtua yang juga berasal dari bangsa pada suatu hari, Putri Bungsu bertekad untuk segera meninggalkan kediaman orangtua asuhnya tersebut. Niat untuk melarikan diri ini pun di rancang dengan matang sehingga ke - 2 naga yang cerdas itu tidak mengetahui. Hari demi hari terus berlalu, Putri Bungsu yang jelita semakin patuh pada aturan sang naga. Hal ini membuat sepasang naga yakin & percaya bahwa si putri tidak akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, sering terlihat sepasang naga pergi mengarungi lautan & meninggalkan Putri Bungsu sendiri di gua kediaman mereka. Gunung ini memang tepat berada di depan Bungsu bukanlah gadis yang bodoh. Walaupun sering di tinggalkan sendiri sehingga peluang untuk pergi terbuka, tapi demi menjaga kepercayaan sang naga kepadanya, dia membiarkan keadaan tersebut berlangsung. Bahkan, pada suatu hari ada terlihat sebuah kapal yang melaju agak dekat dengan kediamannya. Dalam hatinya merasa sangat gembira manakala terlihat olehnya manusia yang berpakaian rapi berdiri di anjungan kapal. Saat itu dengan berani, Putri Bungsu mulai sering menampakkan diri di pinggir gua agar kehadirannya di situ menjadi perhatian setiap kapal yang lewat. Kakinya di seret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut agar dia bisa melihat perahu yang pada suatu ketika, sepasang naga berpamitan untuk pergi agak lama sehingga harus meninggalkan sang putri sendirian di gua. Putri Bungsu sangat girang karena dalam kurun waktu tersebut, rencana untuk melarikan diri akan terlaksana. Begitulah, setelah puluhan kilometer naga berlalu, ada sebuah kapal berlayar & kebetulan sudah menyaksikan keelokan sang putri. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Nakhkoda kapal pun segera bersandar di dekat pulau itu kemudian membawa Putri Bungsu berlayar. Biasanya, setiap kapal tidak berani dekat - dekat dengan pulau tersebut karena sering bertiup angin kencang & sering membuat awak kapal sangat kerepotan menjaga kapal agar tidak tenggelam. Hal ini di sebabkan oleh ulah ke - 2 naga itu yang tidak ingin tempat mereka di dekati. Namun hari itu hari keberuntungan Putri sang putri berlayar, di tempat lainnya, naga betina merasa hatinya tidak nyaman sehingga memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka. Namun betapa bingungnya ke - 2 naga itu karena keberadaan putri bungsu tidak terlihat. Seluruh sudut pulau itu mereka susuri namun Putri Bungsu sudah hilang. Naga betina sangat sedih sementara itu naga jantan di putuskan untuk mencari Putri Bungsu di lautan lepas. Sasaran mereka adalah kapal yang lewat. Kebetulan di lautan terlihat sebuah titik hitam yang melaju dekat dengan sebuah pulau besar. Dalam benaknya, naga berujar, ' Pasti perahu itu yang melarikan putriku '. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan mengintai, mereka melihat Putri Bungsu berada di sana. Ke - 2 naga sangat marah, mengira putri mereka di culik manusia sehingga kapal & seluruh penumpang menjadi terancam. Dengan ketakutan, seluruh penumpang kapal berteriak. Angin membawa teriakan mereka pada sebuah gua yang bernama Gua Kalam. Di dalamnya terdapat seorang tua yang sedang bertapa. Orangtua ini di sebut dengan Tuan Tapa. Ia bertubuh besar & tinggi kurang lebih 7m. Tuan tapa yang mendengar jeritan & teriakan ketakutan merasa tidak tentram. Seakan dia sadar akan ada bencana besar di bumi. Lalu, Tuan Tapa mengambil tongkatnya & keluar dari gua. Dengan kesaktiannya, Tuan Tapa melihat dengan jelas di tengah lautan terjadi perkelahian antara sepasang naga dengan penumpang di daerah Tapaktuan hanya sebatas pinggangnya. Setelah itu dengan pesat, Tuan Tapa menengahi perkelahian yang tidak seimbang itu. Namun sepasang naga yang sudah kalap berbalik menyerang Tuan Tapa. Karena terjadi gelombang besar akibat gerakan sepasang naga itu, kapal pun terlempar jauh. Perkelahian antara sepasang naga dengan Tuan Tapa berlangsung seru. Bertubi – tubi ke - 2 naga menyemburkan api dari mulutnya sementara ekor & cakar mereka tidak ketinggalan menyerang. Begitulah, berkat kesaktian dari Tuan Tapa, semua serangan sepasang naga berhasil di perkelahian itu, pulau besar yang berada di tengah laut pun hancur & terpisah menjadi 99 buah yang selanjutnya di sebut dengan Pulau pada suatu ketika, Tongkat Tuan Tapa berhasil mengenai tubuh naga jantan sehingga hancur terberai. Darahnya memancar keluar, sebagian besar terpencar ke bagian pesisir & membeku yang selanjutnya tempat di mana darah naga itu tumpah di sebut dengan Desa Batu Sirah / Batee Mirah. Sementara hati & jantungnya juga tercampak ke pesisir yang kemudian daerah ini di sebut dengan desa Batu Itam. Naga jantan mati dengan tubuh pasangannya mati, naga betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat di patahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat & topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut yang hingga sekarang tongkat serta topi itu masih ada & telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Naga betina ketakutan lalu melarikan diri. Sementara Naga betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Demi menghindar dari kematian, hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negri China & menabrak sebuah pulau lainnya sehingga pecah menjadi 2 pulau yang selanjutnya di sebut dengan Pulau bagaimana nasib sang putri? Sang putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia & hidup bahagia bersama ke - 2 orangtuanya di daratan China. Atauapakah dia tidak benar-benar mengundang orang-orang untuk memperingatkan mereka tapi justru menghindari mereka? (Young India, 19 Januari 1921) Kesempatan menjatuhkan kekuasaan Roma dengan caraku. Dan aku dapat melihat sesuatu yang ada di dalam kota yang besar dan kuno itu dan juga dengan Mussolininya, yaitu Aceh memiliki beragam cerita rakyat atau legenda yang menarik untuk kamu baca. Salah satu yang seru dan berkesan adalah legenda Tuan Tapa dan Putri Naga. Sudah pernah membacanya? Kalau belum, simak artikel ini, yuk! Indonesia adalah negara luas yang terdiri dari berbagai daerah dengan kisah legendanya masing-masing. Di Aceh, ada legenda yang cukup populer, yaitu Tuan Tapa dan Putri singkat, dongeng ini mengisahkan tentang kesaktian seorang pria yang dikenal dengan nama Tuan Tapa dan sepasang naga. Sepasang naga itu sempat meminta bantuan kepada Tuan bantuan apakah yang mereka minta? Untuk mengetahui kelanjutan ceritanya, kamu langsung saja baca artikel yang mengulik tentang legenda Tuan Tapa dan Putri Naga ini. Selain kisahnya, ada pula unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca! Pada zaman dahulu, hiduplah seorang laki-laki berbadan sangatlah besar, yakni sekitar 7 meter. Karena berbadan besar, banyak orang yang takut padanya. Maka dari itu, ia menghabiskan seluruh waktunya untuk bertapa dalam sebuah gua di Aceh Selatan. Karena itulah pria tersebut disebut Tuan Tapa. Setiap hari ia beribadah, berdzikir, dan terus mengingat nama Allah Swt.. Pada dasarnya, ia memang bukanlah orang jahat. Hanya karena badannya yang raksasa saja, orang-orang menakutinya. Pada suatu hari, ada sepasang naga yang teramat besar dan menakutkan datang menghampiri Tuan Tapa. Meski tampak mengerikan, mereka tunduk kepada lelaki yang sedang bertapa itu. “Tuan, kedatangan kami kemari adalah untuk memohon tempat tinggal dan menetap,” ujar sang naga jantan. “Kau boleh tinggal di gunung sebelah timur. Tapi ada syaratnya. Kau tak boleh menampakkan diri di hadapan manusia. Sebab, mereka akan takut kepadamu,” ujar Tuan Tapa. Kedua naga itu langsung menyetujui syarat tersebut. Dengan bergegas dan senang hati, mereka lalu tinggal dan menetap di gunung, Setiap hari, mereka berburu makanan di laut lepas. Menemukan Bayi Saat sedang menyusuri lautan luas, tiba-tiba naga jantan berhenti. Ia melihat sebuah titik hitam dari kejauhan. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Ia lalu mendekati titik hitam tersebut yang ternyata adalah perahu mengapung. Dalam perahu itu, terdapat bayi mungil yang menangis dengan kencangnya. Sang naga merasa iba, ia lalu memungut bayi itu dan membawanya pulang ke gunung. Karena tak punya anak, naga betina merasa sangat bahagia dengan kedatangan si bayi mungil itu. Kemudian, mereka memberi nama bayi tersebut Putri Naga. Meski hanyalah seekor naga, mereka merawat Putri Naga dengan sangat baik selayaknya anak sendiri. Hingga akhirnya, putri itu telah tumbuh dewasa. Putri Naga sebenarnya merasa bahagia. Ia juga menyayangi sepasang naga yang telah merawatnya itu. Akan tetapi, lambat laun, ia penasaran dengan jati dirinya, siapa ia sebenarnya, dan siapa orang tua aslinya. “Aku sungguh penasaran dengan siapa orang tuaku yang sebenarnya. Tapi, kalau ayah ibu yang merawatku tahu, mereka pasti sangat kecewa,” ujar sang putri dalam hati. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya putri cantik ini memutuskan untuk kabur dari rumahnya di gunung. Ia ingin berlayar ke lautan dan pergi untuk mencari kedua orang tua aslinya. Baca juga Kisah Legenda Dara Muning Asal Kalimantan Barat dan Ulasannya, Kisah Cinta Sedarah yang Membawa Petaka Perjalanan Mencari Orang Tua Pada suatu pagi yang buta, ketika kedua Naga sedang tidur, sang putri pun pergi ke tepi lautan. Ia berencana menaiki perahu yang hendak berlayar. Lalu, ia berhasil menaiki perahu yang hendak menyeberangi lautan. Sebenarnya, ia tak tega meninggalkan orang tua asuhnya. Di sisi lain, ia juga sangat ingin bertemu dengan orang tua kandungnya. Sepanjang perjalanan, ia pun duduk termenung. Lalu, salah satu nelayan yang berada di kapal itu mengajaknya berbicara. “Wahai kau perempuan cantik, dari mana asalmu? Ke mana kau hendak pergi?” kata nelayan itu. Putri Naga tak ingin mengakui bahwa dirinya adalah anak naga. Ia pun berbohong kepada nelayan, “Namaku Putri Bungsu, Tuan. Aku kehilangan orang tuaku. Sekarang aku hendak mencari mereka,” ucap sang putri. “Benarkah begitu? Sungguh sial sekali nasibmu, Nak. Sudah berapa lama kamu kehilangan orang tuamu? Mereka pasti sangat cemas padamu,” jawab nelayan itu. “Aku pun juga tak paham, Tuan. Sedari kecil, aku hidup sendiri di gunung itu. Beruntung aku bisa bertahan hidup,” jawabnya berbohong. Naga yang Murka Saat matahari telah terbit, sang naga betina pun terbangun dari tidur lelapnya. Ia terkejut karena anaknya menghilang. Ia pun kebingungan dan mencari-cari anaknya di sekitar gunung. Namun, ia tak dapat menemukannya. “Suamiku, apa yang terjadi dengan anak kita? Ke mana ia pergi? Aku sudah mencari-carinya ke sana kemari tapi tak kunjung ketemu,” ucap naga betina sambil menangis. Ia khawatir terjadi sesuatu pada anaknya. “Tenanglah istriku, aku akan mencarinya ke lautan lepas. Barangkali, anak kita berada di sana,” ucap naga jantan. “Aku ikut, suamiku. Aku tak bisa tenang saja. Putriku harus bisa kutemukan,” ucap sang Naga Betina. Mereka lalu menyusuri lautan luas. Naga Jantan melihat ada titik hitam yang mungkin adalah sebuah perahu. “Istriku, nampaknya di bawah sana ada perahu. Aku akan melihatnya. Barangkali ada anak kita,” ucap Naga Jantan. Ia lalu mendekati perahu itu. Benar saja, mereka mendapati putrinya sedang duduk di atas perahu. Naga itu sangat marah. Ia mengira manusia telah mencuri anaknya. Mengetahui ada seekor naga mendekat, para penumpang perahu itu pun panik. Mereka berteriak ketakutan. Putri Naga mencoba menghentikan amukan ayahnya. “Hentikan, Ayah! Jangan sakiti para manusia tak bersalah ini,” Akan tetapi, Naga Jantan tak memedulikan perkataan anaknya. Ia tetap menyerang perahu yang sedang berlayar itu sehingga menyebabkan orang-orang tak berhenti berteriak. Tuan Tapa mendengar teriak ketakutan orang-orang yang berada di perahu itu. Dengan sigap, ia menuju ke sumber suara. Ia lalu menyaksikan Naga Jantan mengitari perahu. Wajahnya tampak sangat marah. Terjadi Perseteruan Kemudian, Tuan Tapa keluar dari gua. Ia memiliki kesaktian yang mandraguna. Dengan tongkatnya yang juga besar, ia menghampiri sang naga. “Hai, kau Naga Jantan! Kenapa kau menakuti para manusia itu?” tanya Tuan Tapa. Naga Jantan tak memedulikan orang sakti itu. Ia teramat marah karena mengira orang-orang telah menculik anaknya. Lalu, Tuan Tapa pun berteriak, “Kau tak mendengarku? Kau lupa atas janjimu untuk tak mengganggu manusia?”. Setelah mendengarnya, sang naga pun terdiam. Ia lalu berkata pada pria sakti itu kalau anaknya telah diculik oleh orang-orang yang ada di perahu. Naga Jantan tak terima dan sangat marah. Dari perahu, Putri Naga berteriak, “Mereka tak menculikku. Aku yang ingin melarikan diri dari para naga ini. Sungguh, aku tak ingin menyakiti hati mereka. Tapi, aku juga ingin bertemu dengan ayah ibu yang telah melahirkanku.” ucap Putri Naga. Mendengar perkataan anaknya, sang Naga semakin marah. “Jika dulu aku tak memungutmu, kau sudah mati sekarang. Dasar manusia licik!” teriak sang Naga. Ia lalu hendak menyemburkan api. Namun, Tuan Tapa menangkis kobaran api itu dengan tongkat saktinya. Naga dan Tuan Tapa pun bertarung. Mereka sama-sama kuat dan sakti. Naga Jantan menyerang Tuan Tapa dengan ekornya yang panjang dan besar sehingga pria itu terbanting jatuh. Tak berhenti sampai di situ saja, ia juga terus-terusan mengeluarkan api dari mulutnya, Namun, dengan kesaktiannya, Tuan Tapa selalu berhasil menghindar. Setelah itu, ia mengumpulkan seluruh kekuatannya dan menyerang Naga Jantan dengan tongkatnya. Seketika itu pula seekor hewan yang nampak menyeramkan itu terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah hewan itu tercecer di mana-mana. Identitas yang Sebenarnya Mengetahui suaminya telah binasa, Naga Betina tak diam saja. Ia lalu menyerang Tuan Tapa dengan penuh amarah. Kali ini, Tuan Tapa tak terlalu sulit melawan. Sebab, kekuatan sang Naga tersebut tak sehebat suaminya. Sebelum terkalahkan, Naga Betina pun melarikan diri dari serangan. Dalam pelariannya, ia membelah sebuah pulau menjadi dua. Tak hanya itu, ia juga memporakporandakan memecah lautan luas itu menjadi beberapa pulau kecil. Setelah perserteruan sengit, Tuan Tapa lalu menyelamatkan Putri Naga. Ia mengajak putri itu ke tempat yang aman. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Tuan Tapa menuju ke gua tempatnya bertapa. “Terima kasih, Tuan, telah menyelamatkanku. Aku berhutang banyak padamu,” ucap Putri Naga. “Sama-sama, Nak. Sebenarnya para naga itu sudah berjanji padaku untuk tak menampakkan diri di hadapan para manusia. Namun, mereka ingkar janji,” jawab Tuan Tapa yang tubuhnya semakin lemah. “Tuan, tahukah engkau siapa sebenarnya aku ini? Siapa orang tuaku? Dari mana asalku?” tanya Putri Naga penasaran. “Aku tahu siapa dirimu, Nak. Sebenarnya, engkau adalah putri bungsu dari seorang raja. Kau terpisah dari orang tuamu saat badai menghantam perahu kalian. Lalu, kedua naga itu menyelamatkanmu,” ucap pria sakti bertubuh besar itu. “Lantas, apakah orang tuaku selamat dari badai itu, Tuan? Jika masih, ke mana aku bisa menemukan mereka?” tanya tuan putri. “Mereka masih hidup, Nak. Kau harus pergi ke tenggara dan carilah Kerajaan Asralanoka. Di sana, kamu kan menemukan orang tuamu. Aku yakin mereka selama ini juga mencarimu,” ucap Tuan Tapa. Kerajaan Asralanoka Setelah mendengarkan cerita Tuan Tapa, Putri Naga pun bergegas pergi ke Kerajaan Asralanoka. Ia menyeberangi lautan dan berjalan ribuan km. Beberapa hari berkelana, sampailah ia pada Kerjaan Asralanoka. Dengan cepat, sang ibu mengenali wajah anak bungsunya yang telah tumbuh dewasa. Ia menangis tersedu, tak menyangka bila anaknya masih hidup. “Kau selamat dari badai anakku? Lantas, bagaimana kau bisa tumbuh dengan baik seperti ini?” tanya sang ibu. Kemudian, putri cantik itu berkata bila selama belasan tahun ia mendapatkan kasih sayang dan perawatan yang teramat baik dari sepasang naga. Ia sebenarnya sangat menyayangi kedua orang tua angkatnya. Namun, ia juga perlu menemukan jati dirinya sebagai manusia. Tak hanya itu, Putri Naga juga bercerita tentang Tuan Tapa. “Aku bisa sampai sini berkat kebaikan pria sakti yang tinggal di gua, Bu. Aku sangat berterima kasih padanya karena telah menolongku dari para Naga,” ucap sang putri. Mendengar cerita itu, ayah dan ibu Putri Naga memutuskan untuk menemui Tuan Tapa buat mengucapkan terima kasih. Akan tetapi, Tuan Tapa telah tiada. Ia meninggal tepat setelah melawan para Naga. Ia kehabisan tenaga dan tak sanggup lagi bertahan hidup. Untung mengenang jasanya, raja lalu meminta para utusannya untuk menguburkan jasad Tuan Tapa di dekat Gunung Lampu, Padang. Ia juga mengunjungi gunung yang jadi tempat tinggal anaknya dahulu. Ia meninggalkan bunga sebagai tanda terimakasih pada Naga yang telah menjaga anaknya dengan baik. Baca juga Kisah Sabai Nan Aluih dan Ulasan Menariknya, Sang Perempuan Pemberani dari Padang Tarok Unsur Intrinsik Setelah membaca legenda Tuan Tapak dan Putri Naga ini, kamu mungkin penasaran dengan unsur intrinsiknya. Benar begitu, kan? Jika iya, langsung saja simak ulasan singkatnya berikut ini; 1. Tema Tema cerita Legenda Tuan Tapak dan Putri Naga adalah tentang naga yang merawat seorang putri manusia. Meski pasangan naga itu merawatnya dengan baik, pada akhirnya mereka tak terima bila sang anak mencari orang tua kandungnya. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh utama dalam legenda ini, seperti Tuan Tapa, Putri Naga, dan sepasang naga. Tuan Tapa memiliki watak yang baik hati, suka menolong, taat pada Allah Swt., dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Putri Naga sendiri memiliki sifat yang ceria dan parasnya sangatlah cantik. Sebenarnya, ia adalah anak yang berbakti pada orang tua. Namun, ia terpaksa meninggalkan kedua orang tua yang telah mengasuhnya karena ingin bertemu dengan sosok yang telah melahirkannya. Sementara itu, Naga Jantan dan Naga Betina merupakan tokoh yang awalnya baik dan penuh kasih sayang. Namun, mereka tak bisa mengontrol amarah dan mengingkari janji mereka untuk tak menyakiti manusia. 3. Latar Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga menggunakan beberapa latar tempat. Beberapa di antaranya adalah lautan lepas tempat Naga Jantan menemukan bayi, gunung tempat tinggal mereka, gua, dan Kerajaan Asralanoka. 4. Alur Cerita Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga Kalau menyimak cerita legenda Tuan Tapa dan Putri Naga dengan seksama, kamu mungkin sudah bisa menebak jika alurnya adalah maju. Cerita berawal dari Naga Jantan yang menemukan seorang bayi kecil yang mengapung di atas lautan lepas. Ia dan istrinya lalu merawat bayi itu layaknya anak sendiri. Namun, sang anak merasa kehilangan jati dirinya. Kemudian, ia melarikan diri dari para naga dan mencoba mencari orang tua kandungnya. Mengetahui anaknya tak berada di samping mereka, kedua naga itu marah karena mengira ada orang yang hendak menculik sang putri kesayangan. Beruntung, Tuan Tapa menolong sang putri yang sedang berada di sebuah perahu. Setelah itu, terjadi perseteruan sengit antara Tuan Tapa dan Naga. Pada akhirnya, perseteruan berakhir dengan kemenangan sang pria sakti. Putri Naga pun berhasil menemukan orang tua kandungnya. 5. Pesan Moral Dalam legenda Tuan Tapa dan Putri Naga, salah satu pesan moral yang bisa kamu petik adalah jangan ingkar janji. Padahal, para naga sudah berjanji untuk tak menampakkan diri di hadapan manusia, tapi mereka mengingkarinya. Selain itu, ikhlaskanlah apa yang seharusnya tak jadi milikmu. Sepasang Naga dalam kisah ini harusnya bisa merelakan anak yang mereka rawat selama ini. Bagaimana pun juga, putri mereka adalah manusia yang berhak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Seandainya kedua naga itu mengizinkan sang anak menemui orang tua kandungnya, mereka mungkin tak berakhir tragis. Sayangnya, mereka terlalu egois dan mudah marah. Selain unsur intrinsik, kamu juga jangan lupakan mengenai unsur-unsur ekstrinsik dari legenda Tuan Tapak dan Putri Naga. Unsur ekstrinsik itu biasanya berkaitan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang sudah dipegang teguh. Baca juga Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang Fakta Menarik Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga memiliki beberapa fakta menarik yang wajib kamu ketahui. Apa sajakah itu? Kalau penasaran, langsung saja simak ulasan berikut ini; 1. Menjadi Tempat Wisata Sumber Metro Pekanbaru Sebelum bertarung dengan para Naga, Tuan Tapa memijakkan kakinya pada sebuah kaki gunung di tepi laut. Pijakkan kaki itu ternyata tak menghilang dan menjadi tempat yang manarik para wisatawan untuk berkunjung. Jika ingin berkunjung, lokasi wisata ini berada di kaki Gunung Lampu, Tapaktuan, Aceh Selatan. Tapak kaki bekas pijakan Tuan Tapa tersebut berukuran cukup besar. Kamu juga bisa melihat keindahan laut ketika berkunjung di tempat wisata ini. Selain jejak kakinya, konon kopiah dan tongkat Tuan Tapa yang menjadi batu karang juga menjadi tempat wisata yang menarik. Kopiah dan tongkat itu berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi tapak. Makam orang sakti ini juga ramai pengunjung. 2. Memiliki Beragam Versi Cerita Cerita rakyat Aceh yang singkat ini memiliki beragam versi kisah. Selain dalam artikel ini, ada pula versi yang menceritakan bila Putri Naga tidak melarikan diri. Melainkan, orang tuanya yang mencari dan menemukannya. Mereka lalu membawa pulang anaknya ke kerajaan. Putri Naga sempat menolak untuk pulang karena sangat menyayangi orang tua asuhnya. Namun, raja dan ratu memaksa dan menculiknya. Oleh sebab itu, kedua naga yang merawatnya selama ini merasa murka. Lalu, sempat terjadi pertempuran antara raja dan Naga Jantan. Karena bantuan Tuan Tapa, raja berhasil memenangkan pertarungan dan berhasil membawa pulang Putri Naga. Ada pula kisah yang menyebutkan bahwa Naga Betina tak berhasil kabur. Tuan Tapa berhasil membunuhnya dengan tongkat sakti. Tubuh naga itu lalu tersungkur dan memisahkan lautan bebas menjadi beberapa pulau. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Sudah Puas dengan Legenda Tuan Tapa dan Putri Naga Ini? Demikianlah artikel yang membahas tentang legenda Tuan Tapa dan Putri Naga serta ulasan lengkapnya. Ceritanya cukup menarik, kan? Apakah kamu sudah cukup puas dengan kisah yang kami jabarkan? Jika sudah, jangan ragu untuk membagikan kisahnya pada si kecil. Kalau kamu masih butuh kisah lainnya, telusuri saja kanal Ruang Pena pada Ada kisah tentang Pangeran Sarif, Nabi Musa, Abu Nawas, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Harrymenangkap tongkat itu. Setelahnya, Harry bergabung dengan kedua sahabatnya dan menjelaskan bahwa Tongkat Elder melindungi pemiliknya (Harry Potter sendiri). Harry menjelaskan kepada Ron dan Hermione bahwa Draco adalah tuan dari tongkat tersebut, bukan Snape, karena Draco melucuti senjata Dumbledore sebelum Snape membunuhnya.
Skip to content Paket WisataRental MobilSewa Bus PariwisataSewa MotorKontakTravel Blog Tapak Tuan Tapa Aceh Selatan ternyata juga mempunyai ikon unik seperti Batu Malin Kundang, yang bernama Tapak Tuan Tapa. Situs satu ini berada di tepi pantai dan menjadi daya tarik bagi banyak orang. Keunikan serta cerita legenda yang melatar belakangi keberadaan situs ini pun menarik untuk Anda pelajari. Selain itu ada banyak pula aktivitas seru yang bisa Anda lakukan saat berkunjung. Jika Anda penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang situs satu ini, berikut ulasan lengkapnya dari Salsa Wisata Sejarah Tapak Tuan Tapa Tapak Tuan Tapa merupakan sebuah situs jejak kaki raksasa yang ada di pesisir Tapaktuan Aceh Selatan. Keberadaan dan asal usul jejak kaki ini masih menjadi misteri namun ada cerita legenda yang beredar tentangnya. Konon cerita tersebut berkaitan dengan Tuan Tapa dan juga Putri Naga. Kisahnya berawal dari pasangan naga yang menemukan seorang bayi terombang-ambing di laut. Bayi itu pun tumbuh besar dan menjadi sosok Putri Naga yang cantik. Kabar tentang Putri cantik ini pun terdengar ke Kerajaan Asralanoka yang Raja dan Permaisurinya kehilangan anak. Untuk memastikan apakah itu anak mereka, rombongan dari kerjaan ini pun berangkat bertemu kedua naga. Ternyata benar kalau anak itu anak mereka, namun karena terlanjur sayang, kedua naga tersebut tidak memberikannya. Mereka pun akhirnya menunggu kesempatan untuk membawa kabur Putri Naga. Di saat kedua naga sedang pergi untuk waktu lama, kesempatan langsung mereka manfaatkan. Saat naga kembali dan mendapati Putri Naga tidak ada, mereka bergegas pergi mencari. Lalu mereka yang melihat Putri Naga berlayar di tengah laut, langsung marah dan mengobrak abrik kapal. Suara ribut awak kapal yang takut ini pun akhirnya terdengar dan mengusik semedi Tuan Tapa. Melihat hal tersebut beliau yang sakti dan berbadan besar langsung meloncat menghentikan pertarungan. Ancang-ancang yang beliau ambil untuk melompat ke laut meninggalkan jejak kaki besar. Jejak kaki inilah yang kemudian menjadi situs atau bekas yang terlihat hingga sekarang. Daya Tarik Tapak Tuan Tapa Selain asal usulnya yang menarik, masih banyak daya tarik yang bisa Anda dapatkan saat mengunjungi tempat wisata di Aceh satu ini. Berikut ini beberapa hal diantaranya Berfoto di Telapak Raksasa Daya tarik utama tempat wisata viral di Aceh ini tentu saja telapak kaki raksasanya. Ukuran telapak kaki yang konon bekas Tuan Tapa ini kira-kira sekitar 6 meter untuk panjangnya dan lebar mencapai meter. Bentuk kakinya pun terlihat jelas karena telah beberapa kali terjadi pemugaran. Meski tidak terasa alami seperti awal kemunculannya, bentuk telapak di batu karang ini tetap sama. Pengunjung yang datang bisa berfoto dari berbagai sisi salah satunya di area batu karang dekat tapak tersebut. Namun Anda harus berhati-hati sebab bisa saja ombak pasang menerjang atau kaki terluka terkena karang. Tempat lain yang bisa Anda pilih adalah anjungan atau warung yang berada di salah satu sisi karang. Berfoto di sini bisa jadi kenang-kenangan dan cerita yang menarik selama liburan. Mengunjungi Situs Lain Seperti halnya sejumlah wisata religi Indonesia terkenal, belum lengkap jika Anda hanya mengunjungi satu situs saja. Napak tilas sejarah Tuan Tapa juga bisa Anda lihat di beberapa situs lain seperti karang kopiah. Konon katanya karang tersebut merupakan kopiah dari Tuan Tapa yang sudah membatu dan lokasinya tidak jauh dari tapak. Lalu ada pula batu tongkat yang digunakan Tuan Tapa untuk mengalahkan Naga. Namun batu ini berada di tengah laut dan tidak bisa terlihat dari tepian. Anda juga bisa berziarah ke Makam Tuan Tapa yang berukuran besar dan tidak jauh dari lokasi. Napak tilas cerita asal usul Kota Naga ini pun bisa jadi pengalaman unik Anda selama liburan. Sebab cerita legenda yang ada saling berkaitan dan memiliki situs sejarahnya masing-masing. Bersantai Menikmati Sunset Selain asyik untuk berfoto, lokasi batu karang yang berada di balik bukit juga tempat yang asyik untuk menikmati sunset. Suasana dan keindahannya tidak kalah dari Pantai Air Manis, tempat situs Malin Kundang berada. Sambil duduk santai di kursi atau berteduh di bawah rindangnya pohon, Anda bisa mendengar suara deburan ombak menghantam karang. Panorama matahari terbenam di cakrawalanya pun tampak menawan. Air laut yang tenang terlihat seperti cermin yang memantulkan cahaya keemasan matahari. Suasana romantis ini sangat sayang jika Anda lewatkan begitu saja. Kulineran Puas melihat-lihat, berfoto, dan sedikit bermain air, Anda bisa beristirahat di sejumlah gazebo yang tersedia. Gazebo ini juga menjadi tempat favorit untuk menyantap berbagai makanan ringan atau makanan khas Aceh yang tersedia. Anda bisa bebas memilih menu yang Anda inginkan dari warung-warung di sekitar area parkir. Apalagi harganya murah dan terjangkau jadi perut bisa kenyang dan Anda tetap senang. Fasilitas di Kawasan Wisata Tapak Tuan Tapa Tergolong sebagai ikon dari Kota Naga ini, fasilitas yang tersedia tentu sangat lengkap. Area parkirnya sangat luas sehingga mampu menampung banyak rombongan sekaligus. Selain itu, fasilitas wajib seperti mushola dan toilet pun tersedia, lengkap dengan warung dan gazebo untuk bersantai. Jalan menuju situs ini juga sudah menggunakan cor serta pembatas sebagai pengaman. Dengan begitu, perjalanan dan kunjungan wisata Anda ke tempat ini akan semakin nyaman. Seperti halnya saat memanfaatkan setiap layanan wisata dari Salsa Wisata. Harga Tiket Masuk Tapak Tuan Tapa Seperti kebanyakan tempat wisata hits di Aceh, tiket masuk tempat ini tidak mahal sama sekali. Biaya masuk serta fasilitas yang ada masih sangat terjangkau, berikut rinciannya Retribusi Tarif Tiket masuk Parkir kendaraan Motor Mobil Harga yang tercantum di dalam tabel sewaktu-waktu dapat berubah tergantung kebijakan pengelola. Namun daftar ini bisa Anda jadikan perkiraan sebelum berkunjung. Nikmati juga liburan yang murah dan mudah bersama layanan dari Biro Perjalanan. Sebab dengan layanan tersebut segala kebutuhan mulai dari berangkat hingga pulang membawa oleh-oleh khas Aceh yang Anda mau sudah tersedia. Rute Menuju Lokasi Tapak Tuan Tapa Lokasi Tapak Tuan Tapa terletak di Jl. Merdeka, Pasar, Tapak Tuan, Aceh Selatan. Dari tempat parkiran, Anda masih harus melewati bukit dan jalan setapak menuju lokasi tapak. Untuk rutenya, bisa Anda pilih sesuai kemudahan dengan menggunakan bantuan Google Maps. Sebab jaraknya cukup jauh dari Banda Aceh, kecuali jika Anda turun dan berangkat dari Bandara Teuku Cut Ali, Aceh Selatan. Waktu tempuh dari bandara tersebut sekitar 36 menit berkendara. Namun jika Anda ingin tetap santai sambil mengunjungi destinasi wisata menarik di Aceh lainnya, layanan sewa mobil murah bisa jadi pilihan. Ada banyak tempat rental mobil Innova Reborn di Aceh terbaik yang bisa Anda gunakan seperti misalnya Salsa Wisata. Armada yang lengkap serta layanan penuh plus sopir siap mengantar kemanapun tujuan Anda. Jam Operasional Tapak Tuan Tapa Objek wisata ini bisa Anda kunjungi pada jam operasionalnya pukul WIB hingga WIB setiap hari. Namun biasanya waktu terbaik berkunjung sekitar pukul WIB sebelum matahari terbenam. Usahakan pula untuk datang saat musim kemarau atau cuaca sedang cerah. Dengan begitu, momen sunset yang indah dan kondisi laut yang tenang bisa Anda dapatkan. Berkat segala daya tarik dan keindahannya tersebut, Tapak Tuan Tapa ini cocok sekali menjadi destinasi liburan Anda. Kunjungi juga berbagai destinasi menarik lain di Aceh dan seluruh Indonesia bersama layanan paket tour Gathering dari Salsa Wisata. Selama liburan. Related PostsBagikan Artikel Ini Ke Page load link
tapa tapi jangan sampai terputus harapan-harapan baru. dengan sepasang tangan berlipat di dada dan sepasang tangan lain mencengkeram tongkat bertatah permata. Mataku luruh. Aku berlutut dan menyembah. "Benar, Tuan, dan saya sangat menderita karenanya." Ia seakan sudah tahu apa isi hatiku.
Legenda Tapaktuan merupakan salah satu cerita legenda masyarakat Tapak Tuan di Aceh Selatan. Cerita ini mengisahkan asal usul sejumlah nama di kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan dan asal usul nama Tapaktuan yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan yang hingga sekarang masih dapat kita saksikan seperti kuburan dan Jejak kaki Tuan Tapa, batu merah dan batu itam. Di dalam cerita itu dikisahkan perjalanan hidup Tuan Tapa, seorang pertapa yang sangat taat kepada Allah. Karena ketaatannya, Tuan Tapa dapat mengetahui hal-hal gaib yang tidak diketahui manusia biasa. Kisah ini menceritakan tentang perebutan sepasang Naga Jantan dan Betina dengan orang tua sang putri. Legenda klasik ini terus merakyat di Tapaktuan. Secara turun temurun, legenda itu terus berkembang. Bahkan remaja yang hidup di zaman modern ini, di Tapaktuan juga mengetahui cerita ini. Sebenarnya, Legenda ini memiliki alur cerita yang sama. Namun, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda-beda. Yang pasti dalam semua cerita yang disampaikan tokoh adat atau masyarakat biasa tentang legenda ini tak terlepas tiga hal, yaitu ada Dua ekor Naga, Tuan Tapa. Putri Bungsu. Dan Lalu, adanya pertempuran itu. Semoga pesan moral dari legenda ini, bermanfaat bagi sobat pembaca. ****** Alkisah, seperti hari-hari sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang bergulung-gulung. Setelah kedua naga berenang beberapa saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke muara sungai. Kedua naga itu berenang semakin cepat. Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan tapaktuan. Suatu ketika sepasang naga sedang berjalan-jalan menyusuri lautan yang bergelombang. Si Naga jantan tiba-tiba berhenti, tertegun memperhatikan sebuah titik hitam di tengah laut. Titik hitam itu menarik perhatiannya. Lamat-lamat titik hitam itu mendekat ke arah sang naga. Gelombang laut yang membawanya mendekat. Si Naga Jantan dan Betina terus memperhatikan titik hitam itu. Dari tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas. Sepasang Naga itu pun berenang mendekati titik hitam tersebut di tengah lautan. Sang Naga terjun alang kepalang. Titik hitam itu adalah benar sesosok bayi manusia yang menangis keras, diombang-ambingkan gelombang di dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu tidak kemasukan air. Pasangan Naga ini sangat senang mendapatkan putri berbentuk manusia. Konon naga itu memang sudah lama mengidam-idamkan seorang putri. Kedua Naga itu sangat menyanyangi putri pungut mereka. Bahkan, Naga betina selalu memeluk putri kecil dalam cengkeramnya agar tidak hilang. Demikianlah, waktu terus berganti. Dari hari ke hari, bayi itu terus tumbuh normal dan sehat sebagaimana bayi manusia lainnya. Putri kecil tersebut diberi nama Putri Bungsu. Mereka sangat mengasihi putri ini. Bahkan Naga Jantan menciptakan tempat bermain nan indah di gunung itu. Semua buah-buahan dan minuman tersedia disana. Semua itu dilakukan agar Putri Bungsu betah tinggal bersama mereka. Putri inilah yang kemudian disebut sebagai Putri Naga. Pada suatu hari, kedua naga itu membawa putri kesayangan mereka pergi berjalan-jalan menikmati pemandangan daerah Teluk yang indah mempesona. Sang Putri dinaikkan ke punggung Naga Jantan yang telah siap mengarungi kawasan pantai Teluk. Naga Betina berenang mengiringi dari belakang. Sang Naga betina itu sangat cemas jika putri cantik rupawan itu terjatuh dari punggung naga dan tenggelam. Diam-diam sang Putri melontarkan rasa kekagumannya. Ia senang melihat keindahan alam pantai Teluk yang masih asri. Demikianlah keadaan sang Putri, ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga itu. Waktu terus bergulir, Putri Bungsu pun merangkak remaja. Dia menetap bersama naga disebuah gua yang dalam. Suatu hari, sang Putri Bungsu secara tak sengaja mendengar obrolan sepasang Naga. Dari luar gua dia terus menyimak percakapan itu. Dia tersentak. Sadar, bahwa dirinya bukan keturunan naga. Dia memiliki orang tua yang juga berasal dari bangsa manusia. Niat untuk melarikan diripun muncul dalam benaknya. Putri Bungsu tidak gegabah. Dia bersabar untuk menemukan waktu yang tepat melarikan diri dari gunung itu. Dia takut akan kesaktian kedua naga tersebut. Waktu yang dinantikanpun tiba. Dari atas gunung, Putri Bungsu melihat sebuah kapal berlayar dibawah kaki gunung itu. Gunung ini memang tepat berada di depan laut. Naga Jantan kala itu sedang tertidur dipinggir laut. Perlahan dia mengangkat kaki, sedikit menjinjing agar langkahnya tidak didengar Naga Jantan. Perahu layar semakin dekat. Dia bimbang. Teringat akan kesaktian naga tersebut. Jarak Naga Jantan beristirahat dengan laut sangat dekat. Khawatir ketahuan, diapun mengurungkan niat untuk kabur dari gunung itu. Siang-malam Putri nan cantik jelita itu mencari akal. Ide cemerlang pun muncul dikepalanya. Satu dia mengajak pasangan Naga berjalan-jalan menyusuri pantai di pulau itu. Naga kelelahan dan tertidur pulas. Putri Bungsu tak menyianyiakan kesempatan emas itu. Kakinya diseret ke atas sebuah bukit kecil yang dekat dengan laut. Agar dia bisa melihat perahu yang melintas. Jarang sekali perahu yang mahu mendekat ke pulau itu. Namun hari itu keberuntungan Putri Naga. Sebuah perahu kecil merapat. Dia melambaikan tangan. Awak perahu ada yang menyapanya. Perahu itulah yang membawa putri bungsu pergi, Putri bungsu naik ke atas kapal dan ikut bersama awak kapal itu. Naga yang baru terbangun dari tidur, terkejut setengah mati. Putri kesanyangannya telah pergi. Dalam benaknya, Naga berujar, pasti perahu itu yang melarikan putriku. Dia mengejar perahu yang berjalan sangat pelan itu. Sepasang Naga itu mengejar perahu tersebut. Sementara itu, di Gua Kalam, tidak jauh dari bukit itu, seorang manusia sedang bertapa. Dia tersentak dari pertapaanya. Seakan dia sadar akan ada bencana besar dibumi. Inilah Tuan Tapa. Dia keluar dari gua tersebut. Lalu menatap ke laut lepas. Terlihat sepasang Naga dengan kemarahan puncak sedang mengejar sebuah perahu nelayan. Tuan Tapa terkenal dengan tongkat saktinya. Hal itu menyebabkan terjadinya pertarungan sengit antara kedua naga dengan Tuan Tapa. Mereka bertarung untuk memperebutkan bayi yang kini telah menjadi seorang putri yang cantik yang diberi nama Putri Bungsu. Ketika Naga Jantan melancarkan serangan berikutnya, Tuan Tapa menyambut dengan libasan tongkatnya. Tubuh naga pun terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai. Darah dari tubuh naga jantan yang hancur itu tumpah kemana-mana dan memerahkan tanah, bebatuan dan lautan. Naga Betina pun mulai menyerang Tuan Tapa, Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa, meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di kawasan pantai Tapaktuan. Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal. Malah hewan itu mengamuk sambil melarikan diri ke negeri Cina. Dalam pelariannya itulah Naga Betina membelah sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang pulau itu bernama Pulau Dua. Bahkan hewan itu mengamuk sambil memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah. Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil. Akhirnya Tuan Tapa berhasil mengalahkan kedua naga tersebut. Sang Putri pun dapat kembali bersama orang tuanya, tetapi keluarga itu tidak kembali ke Kerajaan Asralanoka. Mereka memilih menetap di Aceh. Keberadaan mereka di Tanah Aceh diyakini sebagai cikal bakal masyarakat Tapaktuan. Setelah kejadian itu, Tuan Tapa sakit. Seminggu kemudian Tuan Tapa meninggal dunia pada Bulan Ramadhan Tahun 4 Hijriyah . Jasadnya dikuburkan di dekat Gunung Lampu, tepatnya di depan Mesjid Tuo Kelurahan Padang, Kecamatan Tapaktuan, dan hingga sekarang makam manusia keramat itu masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Hingga sekarang bekas tubuh naga yang berupa gumpalan darah itu masih dapat kita lihat di pantai berupa tanah dan batu yang memerah. Kini disebut dengan Tanah Merah. Batu Merah, sekitar tiga kilometer dari kota Tapaktuan. Kini gumpalan darah dan hati tersebut telah mengeras menjadi batu. Sedangkan hati sang Naga, yang pecah dan terlempar menjadi beberapa bagian akibat pukulan tongkat sakti Tuan Tapa, peninggalannya hingga sekarang masih terlihat berupa batu-batu berwarna hitam berbentuk hati. Daerah ini kemudian diberi nama Desa Batu Hitam, masih dikecamatan yang sama. Pada waktu Tuan Tapa hendak membunuh sang naga, terjadi kejar-kejaran antara Tuanku Tapa dan sang naga. Maka pada suatu ketika, berbekaslah tapak kaki Tuan Tapa ini. Sekarang yang masih terlihat hanya sepasang telapak kaki sangat berjauhan, di batasi oleh gunung tempat naga tinggal sebelumnya. Jejak tapak kaki tersebut, seperti jejak seseorang yang melangkahi gunung, karena tak dapat ditemukan jejak yang sama di antara kedua jejak tersebut. Ukuran jejak kaki tersebut adalah 3 x 1,5 meter. Jejak kaki yang sebelah kanan, berada di pinggir laut diatas sebuah batu. Sedangkan jejak kaki sebelah kiri berada di dalam kota di atas tanah. Antara jejak satu dan yang satunya lagi lebih kurang berjarak 500 meter. Diberilah nama daerah yang terdapat jejak "Tapak Tuan Tapa" itu dengan nama kota "Tapak Tuan", atau juga sering disebut "Kota Naga Tapak Tuan". Di tempat pertempuran Naga dan Tuan Tapa, masih meninggalkan jejak berupa tongkat. Tongkat mirip baru itu, dipercayai sebagai tongkat Tuan Tapa. Lalu, bagaimana nasib sang Putri? Beberapa tokoh masyarakat di daerah itu menceritakan, dalam legenda tersebut dikisahkan sang Putri akhirnya kembali hidup normal layaknya manusia dan hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Putri Bungsu kemudian mendapat julukan sebagai Putri Naga’. Karena kisah ini pula, orang menyebutkan Aceh Selatan sebagai Kota Naga. Bahkan, jika memasuki kota Tapaktuan pemerintah Daerah Aceh Selatan mengukir gambar naga tepat di dinding pinggir jalan. Sekitar seratus meter dari arah timur kantor Bupati Aceh Selatan. Demikianlah kisah Cerita Legenda Tapaktuan ini saya sampaikan apa adanya, dan mari kita ingat bahwa segala sesuatu yang sifatnya legenda adalah dongeng belaka tapi bila kita baca semua alur cerita legenda ini dalam Buku Legenda Tapaktuan yang ditulis oleh Darul Qutni Ch ini banyak mengandung pendidikan dan budi pekerti yang tidak menyimpang dari aqidah agama Islam yang mulia dan tercinta itu, serta tidak akan membuat pembaca menjadi syirik dan sesat. Sumber Artikel Atjeh Cyber Warrior
UTOyy.
  • bprgef24pv.pages.dev/479
  • bprgef24pv.pages.dev/445
  • bprgef24pv.pages.dev/586
  • bprgef24pv.pages.dev/32
  • bprgef24pv.pages.dev/491
  • bprgef24pv.pages.dev/43
  • bprgef24pv.pages.dev/315
  • bprgef24pv.pages.dev/499
  • tongkat dan topi tuan tapa